Kamis, 27 Desember 2012

Tundukkanlah Mata & Hatiku

Menyelam dan Berenang di Laut Kasih Sayang


Ehm. Pasti anda sudah menemukannya. Saya yakin anda sudah menemukan jawaban atas renungan kecil tentang tenggelam dan menyelam yang saya hadirkan di atas. Pada pertanyaan, "Mengapa tak banyak yang pandai bersyukur?", pertanyaannya "Apa yang harus disyukuri?"menjadi jawaban yang memerlukan jawaban.

Kok dahinya berkerut sih? Bingung ya? Yah, sedikit asah otak lah, he he he. Baik, sekali lagi pertajam renungan kita :

Di lautan nikmat
Dua makhluq berpisah
Yang satu tenggelam yang lain menyelam
Kau tahu bedanya

Di lautan nikmat, seringkali kita tenggelam. Tanpa pelita penerang. Tanpa sinaran cahaya yang membuat kita bisa menatap lekat keindahan, keunikan, keajaiban, dan pesona hidup. Bahkan tanpa alat pernafasan yang membuat kita megap-megap mengutuki air terminum yang rasanya pahit-pahit asin. Pada selaman nikmat, kita benar-benar harus menyertakan alat-alat pendukung yang berkualitas tinggi. Menikmati panorama, mata ini harus terbuka dengan kacamata terindah yang dipilihkan Alloh dan RasulNya. Memandangi lukisan alam, kita perlu pencahayaan sempurna dari karuniaNya. Kita baru benar-benar menjadi penikmat, ketika kita bersama ayat-ayat yang terang, beranjak dari kegelapan menuju cahaya, dan di sanalah kasih sayangNya dirasa.

"Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang, agar Dia mengeluarkan kaliyan dari kegelapan menuju cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadap kalian".(Al Hadid 9)

Jadilah engkau tahu. Banyak yang mengutuk kodrat, melaknati penciptaan diri, dan sensitif mendengar kata beda. Ayuhai, mereka belum mengenakan peralatan selam yang benar, mengutuki kegelapan tanpa pelita, tanpa cahaya, dan tanpa kita yang menerangi.

'Wah!',"indahnya..''wow!','hei lihat!','subhanalloh!','masyaalloh', dan 'allohu akbar!' selalu muncul dari para penyelam nikmat yang matanya terbuaka, hatinya bercahaya, dan akalnya sehat mencerna. Lalu kalimat tahmid menyungging di balik senyum terindah yang pernah disaksikan jagad. Sebuah ngarai renungan akhirnya bermuara di laut pengakuan paling tulus.

"Mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata: "Wahai Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka jagalah diri kami dari 'adzab neraka".

Wahai Rabbku, tiadalah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia.....Karena Engkau Sayang padaku...... dikutip dari buku Agar Bidadari Cemburu Padamu by Ust. salim A.Fillah
Ini dia lagu yang sae dan dibisa di download dengan klik PANDAI BERSYUKUR by TEDDY SNADa.
Aira COBA-COBA MEMPRAKTIKAN MEMBUAT DENGAN HTML SEPERTI YANG DI DAPAT DI KELAS HEHEHE :D